Monday, January 17, 2011

Senin diam...

Aku terpaku. Ya. Hanya mampu terpaku ketika meilihat gundukan tulisan yang terpampang di hadapanku. Rangkaian huruf yang terlihat begitu abstrak, tapi aku memahaminya.


Huruf-huruf itu seolah memanggilku, merayuku untuk melirik dan memusatkan perhatian kepada mereka. Tapi aku tidak mau. Aku menolak mereka mentah-mentah.


Ini bukan karena aku membenci mereka. Aku menyukai mereka dan apa yang mereka tawarkan kepadaku. Tapi hatiku tidak terpatut pada mereka. Hatiku dan Pikiranku terpatut pada hal yang lain.


Aku melihat ke luar jendela. Menatap gundukan tanah yang tidak berbentuk, menatap jalan, menatap sinar mentari, menatap semua hal yang bisa kulihat dari gedung tinggi yang berwarna-warni ini. Aku menghela napas panjang.


Aku galau.


Aku tidak bisa menyatukan apapun yang ada di dalam kepalaku. Semua terlihat begitu kacau. Berantakan. Aku tidak mampu lagi memaksa konsentrasi rapuhku ini untuk memahami semua rangkaian peristiwa yang terjadi padaku.


Untuk kesekian kalinya aku berkata, "Aku muak pada hidupku."


Tapi akhirnya, sebuah kesadaran kecil menyentilku. Membuatku melihat ke arah sebuah figura foto yang tergeletak tidak jauh dari tempatku bergelung. Figura foto yang berisi senyuman bahagia dari para gadis itu, dari laki-laki itu, dan diriku sendiri.
Mataku kembali bertualang. Melihat secarik kertas yang juga tergeletak di hadapanku yang berisi beberapa kata yan gtidak kumengerti, tapi yang paling menangkap perhatianku adalah beberapa tulisan seperti "CGK-PNK"  "28 Januari 2010"  "18.10-19.25"


Semua hal ini membuatku kembali tersenyum. Jariku pun kembali menghentak di atas tuts-tuts hitam yang tengah menungguku di hadapan layar kaca yang menyala terang.


Aku pun kembali  menulis, ditemani suara merdunya. Love Pain...

No comments:

Post a Comment