Wednesday, December 23, 2009

Hyung, what are you looking for (fan's fiction)


I never own SHINee. They’re belong to SM Entertaiment and their parents. I don’t make money from these, I’m only hope you’ll post some comments, critics, or supports for me after you read this fanfic. So please don’t sue me. Kamsahamnida.


Musim dingin. Ya, akhirnya musim dingin sudah tiba, ini artinya sebentar lagi pergantian tahun, dan tentunya sudah banyak kesibukkan yang menghampiri kita. Dan kesibukkan tersebut juga terjadi di sebuah apartment yang terletak di pusat kota Seoul. Di tengah musim dingin seperti ini, tidak mengherankan apabila orang-orang enggan keluar rumah, dan lebih memilih untuk menghabiskan hari-harinya di dalam ruangan yang dilengkapi dengan alat pemanas seharian. Begitu juga dengan lima anak laki-laki yang beranjak dewasa di dalam apartment tersebut.

Adalah Lee Jin-ki (Onew), Kim Jong-hyun, Kim Ki-bum (Key), Choi Min-ho, dan Lee Tae-min. Apartment yang diberikan kepada mereka sebagai hadiah dari pemilik SM Ent, Lee Soo-man membuat para cowok ini merasakan hidup yang sesungguhnya. Angin dingin yang sedang berhembus hebat di luar seakan sudah tidak berarti lagi bagi mereka. Ruangan hangat yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas mewah sudah menjadi hak milik mereka. Dan tetntunya semua itu membuat mereka tidak lagi kekurangan.

Akan tetapi, ternyata masih ada yang kurang bagi salah satu diantara mereka…


Bruk-Brak-Bruk!!

Di sebuah siang hari yang tenang, tiba-tiba saja terdengar suara ribut di dalam apartment tersebut. Suara itu sontak membuat para cowok yang sedang sibuk sendiri itu menghentikan kegiatan mereka sesaat dan memastikan sumber suara ribut itu.

Napa, Hyung?” tanya Tae-min yang paling pertama sampai di tempat sumber suara ribut itu. Tae-min melihat sosok Onew yang sedang berada di dalam sebuah ruangan kecil tempat mereka biasa menyimpan barang-barang yang tidak terpakai—sebut saja gudang.

“Nggak napa-napa koq. Lu lanjutin aja kerjaan lu,” perintah Onew sambil mencoba menarik keluar sebuah kotak yang terjepit di antara reruntuhan barang.

“Hyung yakin? Ato perlu kita-kita bantu?” Jong-hyun yang terlihat sedang menyantap cemilannya tiba-tiba muncul.

“Nggak usah. Gue bisa sendiri koq.”

“Hoamh!!” Terdengar suara Min-ho yang sedang menguap. “Onew Hyung lagi ngapain?” tanya Min-ho sambil mengucek matanya yang berair.

Napa sich ribut-ribut?” Kali ini Key yang datang dan berusaha menyelip di antara kerumunan para cowok yang berdiri di depan gudang. “Aish, Onew Hyung! Lu ngapain disana? Napa berantakan kayak gini? Sudah mau diberesin tau nggak sich?” Key mulai bereaksi dengan omelan-omelannya sambil mengacungkan spatula kayunya.

“Iya, Umma. Entar gue beresin,” gumam Onew yang baru saja berhasil mengeluarkan kotak itu dengan sudah payah. Dengan segera, dia membuka kotak itu dan mengacak-acak isinya. “Yach, nggak ada di sini,” dengus Onew kesal sambil menutup kotak itu dan mengacak-acak gudang lagi.

“Lu nyari apa sich, Hyung?” Jong-hyun berjongkok dan mengulurkan kepalanya untuk melihat ke dalam gudang yang gelap.

“Iya, nyari apa?” Tae-min menunduk dan menyandar di punggung Jong-hyun seraya ikut mencoba melihat ke dalam gudang.

“Nggak perlu tau. Gue bisa nyari sendiri koq. Lu-lu pada balik ke habitat lu sana. Jangan ganggu gue,” perintah Onew dengan nada yang mulai tidak sabaran. Dengan cepat, semua cowok itu langsung bergerak menjauh dari tempat mereka sebelum Onew’s condition terjadi lagi.

“Iya. Eh iya, Hyung, jangan bikin suara ribut lagi ya. Gue masih mau bobo nich. Gue ngantuk berat. Hoamh!!!” Min-ho menguap sekali lagi.

Key beralih melihat ke arah Min-ho. Cowok bertubuh jangkung itu terlihat masih menggunakan piyama Pokemonnya. “Eh, Min-ho. Lu belum ganti piyama lu? Jangan-jangan lu belum mandi lagi?” tanya Key dengan nada mengancam.

“Hehehe… Iya, gue belum mandi. Habisnya gue ngantuk banget.”

“Hah? Belum mandi? Sekarang uda jam tiga, you know? Jam tiga!” Key mulai sewot.

“Gue tau koq. Sekarang jam tiga. Emangnya napa? Santai aja dong, Umma.”

“Jangan-jangan tadi pagi lu sarapan, lu nggak sikat gigi lagi.” Jong-hyun terlihat histeris hingga lupa mengigit snack yang baru saja dimasukkan ke dalam mulutnya.

“Jah… Sekarang lu lagi yang histeris. Ya nggak mungkin lah gue nggak sikat gigi. Gila kali,” gumam Min-ho sambil masuk ke dalam kamar.

Begitulah keributan awal yang terjadi di apartment tersebut, dan keributan berikutnya berlanjut…

Onew yang masih belum bisa menemukan barang yang dicarinya kali ini beralih dari gudang menuju ke kamar mereka berlima. Dengan sedikit mengendap-endap, Onew berjalan masuk ke dalam kamar agar Min-ho yang sedang tertidur tidak menyadari kehadirannya.

Onew memulai mencariannya mulai dari tempat tidur Jong-hyun. Tempat tidur dengan sprei bermotif not-not balok yang dipenuhi dengan jam weker dan beberapa boneka kecil itu mulai dijelajahi Onew. Dengan hati-hati, Onew membolak-balik jam-jam milik Jong-hyun, membuka cover bantal Jong-hyun, sedikit mengangkat tempat tidur tersebut, namun barang yang dicarinya tetap tidak ditemukan.

Onew berlih ke tempat tidur Key yang bermotif gambar kunci. Hal yang sama dilakukan Onew pada tempat tidur yang dipenuhi bantal dan guling itu. Setelah tidak menemukan barang dicarinya di tempat tidur itu, Onew perlahan berjalan melewati tempat tidurnya—karena Onew yakin barang itu tidak berada di sana—dan menuju ke tempat tidur Tae-min yang menggunakan sprei bermotif jamur. Tapi ternyata tempat tidur yang hanya menyimpan sebuah bantal dan guling itu juga tidak menyembunyikan barang yang dicari Onew.

Kresek-Kresek…

Napas Onew sempat terhenti ketika menyadari Min-ho sedang bergerak. Keringat dingin mulai mengucur dari dahi Onew. Dia cemas apabila Min-ho mengetahui apa yang sedang dilakukan Onew di kamar mereka. Dengan perlahan, Onew memutar kepalanya untuk mencoba melihat Min-ho di ruangan temaram itu. Dan keberuntungan ada di pihak Onew ketika dia mengetahui bahwa ternyata Min-ho masih terlelap.

Dengan ragu, Onew mencoba untuk menjelajahi tempat tidur Min-ho. Onew mengangkat bantal Min-ho dengan hati-hati dan mencoba melihat apakah ada yang tersembunyi di bawah sana. Tapi gerakan Onew kembali terhenti ketika Min-ho kembali menggeliat.

“Aku adalah Min-ho. SHINee’s Flaming Charisma.”

Onew tersenyum geli ketika mendengarnya. Dan kali ini dia memutuskan untuk segera keluar dari kamar mereka sebelum Min-ho menggeliat untuk ketiga kalinya dan terbangun secara tiba-tiba.

Ketika keluar dari kamar, secara tidak sengaja, Onew berpapasan dengan Tae-min yang baru saja keluar dari ruang latihan mereka. Tatapan mereka sempat beradu sesaat dan Onew menangkap sorot mata Tae-min yang menyiratkan rasa ingin tahunya akan keberadaan Onew di dalam kamar dengan gerakan seperti sedang mengendap-endap.

“Tae-minnie, kenapa lu liat gue kayak gitu?”

Tae-min kembali teringat dengan tujuannya keluar dari ruang latihan. “Ng-nggak koq. Nggak napa-napa. Eh, Hyung. Gue permisi dulu ya. Gue mau ke toilet. Kebelet nich,” sahut Tae-min seraya berlalu dari hadapan Onew.

Onew menyunggingkan seulas senyum. “Kesempatan!” Setelah memastikan Tae-min sudah berlari ke belakang, Onew langsung masuk ke dalam ruang latihan mereka dan mulai meneliti isi ruangan yang dipenuhi kaca itu. Onew mengulurkan kepalanya untuk melihat ke bawah sound system, membongkar lemari tempat mereka biasa menyimpan property latihan, tapi tidak ada. Barang itu tidak ditemukan. Dan sepertinya barang itu tidak ada di sana karena tidak ada tempat persembunyian yang cocok untuk menyimpan barang yang dicarinya.

Krek…

Pintu pun tiba-tiba terbuka dan Onew terpaksa menghentikan pencariannya serta berpura-pura sedang latihan.

“Hyung lagi ngapain?” Tae-min bertanya sambil menunjukkan kebingungan yang tergambar jelas di wajahnya.

“Gua lagi latihan buat performance kita minggu depan,” jawab Onew seraya kembali melanjutkan gerakan dan nyanyiannya. “Watteulgga bwatteulgga eojjeoda geunyeol hanbeon…”

Tae-min mengerutkan keningnya. “Eh, Hyung…”

Napa lagi sich?” gumam Onew tanpa menghentikan gerakan tariannya.

Tae-min masih terus melongo. “Lu nyanyi A.Mi.Go ‘kan?”

“Ya iyalah. Emank lu pikir gue nyanyi lagu apa? Sanso Gatuen?”

“Iya…” Onew baru akan tertawa begitu mendengar jawaban Tae-min. Tapi Tae-min buru-buru melanjutkan jawabannya.

“Habisnya lu nyanyi A.Mi.Go, tapi lu narinya tarian Sanso gatuen.”

Onew shock mendengar ucapan Tae-min. Untuk mencegah Tae-min mencurigainya, Onew buru-buru meninggalkan ruangan itu. “Uda argh. Gue males latihan. Lu latihan sendiri aja ya, gue mau temenin Jong-hyun nonton TV.”

Tae-min hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menatap kepergian Onew. “Jangan-jangan kepala Onew Hyung kebentur sama barang-barang di gudang tadi,” gumamnya sambil menutup rapat pintu ruang latihan.

Onew mengelus dadanya ketika mengetahui Tae-min sudah tidak memperhatikannya. “Hampir aja gue ketahuan,” dengusnya.

Onew memutuskan untuk mencari barangnya diruang tamu, tempat sekarang Jong-hyun berada. Kali ini Onew yakin Jong-hyun tidak akan curiga kepadanya karena sebuah rencana sudah dipersiapkan dengan baik olehnya.

“Eh, Hyung. Gue lagi nonton ulang film Sad Love Story-nya Kwon Sang-wo. Kemarin Hyung bilang mau nonton ‘kan? Sini! Duduk di sini! Kita nangis sama-sama lagi kayak waktu nonton Stairway to Heaven. Ayo! Sini!” panggil Jong-hyun sambil menepuk-nepuk sofa disampingnya begitu melihat Onew melintas di depannya.

“Nggak usah. Gue masih ada kerjaan” Onew mulai membuka lemari yang terdapat di ruang tamu dan mengacak-acaknya.

“Emangnya Hyung nyari apa sich? Koq kayaknya repot banget?” Jong-hyun memasukkan snack ke dalam mulutnya lagi.

“Lu nggak usah tau dech. Lu urusin aja diet lu. Dari minggu lalu lu bilang lu mau ngurusin badan lu ‘kan?”

Jong-hyun menunduk dan mengamati perutnya yang ditutup sweater abu-abu kesayangannya. “Ya, hyung. Jangan diingetin dong,” gumam Jong-hyun yang menyesali dirinya tidak bisa berhenti makan akhir-akhir ini. Berat badannya bahkan bertambah drastis dalam dua bulan terakhir. Wajahnya yang tirus serta tubuhnya yang ramping sempurna itu seolah perlahan menghilang karena kebiasaannya mengemil akhir-akhir ini.

“Makanya lu thu harus nurutin jadwal diet yang Key Umma kasi kemarin. Lu liat aja sekarang badan Umma udah ramping dan sexy ‘kan?” Onew tertawa puas melihat Jong-hyun yang sudah terpancing.

“Tapi Umma thu udah kelewatan kurus. Muka Umma yang dulu guanteng buanget aja sekarang cekung gitu.” Jong-hyun kembali memasukkan snack ke dalam mulutnya.

“Tapi dietnya berhasil ‘kan?” Onew mendesah karena tidak menemukan barang yang dicarinya di ruangan ini.

“Iya, berhasil sich berhasil. Tapi ‘kan…”

“Lu mikirin aja sendiri. Lu mau kurus atau lu mau berat badan lu bertambah terus. Hahaha…” Onew beranjak dari ruang tamu dan beralih untuk mencari barangnya di ruang terakhir.

“Ya… Hyung, bantuin gue mikir dong. Hyung!!”

Onew tidak memperdulikan teriakan Jong-hyun. Dia terus berlalu dan berjalan menuju ke dapur. Namun belum sempat Onew masuk ke dalam dapur, dia mendengar sebuah lagu diputar dan diiringi oleh sebuah suara. Dan bergegas Onew pergi menonton apa yang sedang Key lakukan.

“Hey, I don't know you. Geunyeol moreujiman geunyeoreul wonhae nareul bburichyado geudael jinjjaro wonhae. Nanjadeuleun modu jimseun neukdae gatdago eommadeului gyeongheomdameun midji marrago..”

Sepotong bagian rap itu dinyanyikan Key dengan gaya yang membuat Onew tidak mampu menutup mulutnya. Spatula kayu yang digenggam Key digunakannya sebagai microphone, dan tangannya yang lain malah bergerak tidak karuan. Dan dengan penampilan yang hanya menggunakan sebuah kaus putih dan celana kain coklat yang pendek serta celemek berwarna merah muda dengan serbet penutup kepala berwarna senada, Key terlihat begitu fantastis. Apalagi ditambah dengan gerakan kepala Key yang mengangguk-angguk dan menggeleng-geleng, kaki yang sedang berjingkrak, semua membuat Onew tercengang.

“Umma, lu lagi ngapain?”

Pertanyaan Onew membuat Key menghentikan konser tunggalnya dan menatap Onew yang terdiri tidak jauh darinya. “Masa’ sich lu nggak bisa lihat kalo gue lagi masak,” omel Key sambil mengaduk masakannya dengan ‘mic’nya.

“Oh, lagi masak ya,” ledek Onew.

“Lagian lu ngapain juga disini. Tumben banget lu masuk ke singgasana gue.”

“Gue mau makan buah, umma.” Onew mulai menyusun rencara agar Key bisa menyingkir sebentar. “Gue takut buka kulkas kesayangan lu. Jadi boleh nggak lu yang ambilin buah buat gue? Ntar kalo gue buka thu kulkas, lu marah-marah lagi gara-gara gue berantakin isi kulas.”

“Oke gue ambilin. Tapi lu jangan apa-apain masterpiece gue ya,” ancam Key seraya menunjuk masakannya. “Jangan diaduk-aduk, jangan ditambahin apa-apa. Pokoknya jangan disentuh.”

“Iya, Umma. Nggak koq.” Onew tertawa cengengesan dan membiarkan Key berlalu dari hadapannya. Baru ketika Onew merasa Key tidak memperhatikannya, Onew mulai beraksi dengan memeriksa dapur.

“Hyung, lu mau buah apa?”

“Apa aja, Umma. Yang penting enak, manis, sama cukup buat gue sendiri,” sahut Onew sambil memeriksa lemari.
“Kalau apel mau?”

“Nggak a. Terlalu gede!” Onew memiringkan kepalanya dan melihat ke bawah kompor.

“Kalau jeruk?”

“Nggak mau juga. Asem!” Onew mulai menyerah dan tidak tau lagi harus mencari dimana.

Susah amat sich nyari makan buat lu. Coba lu kayak Jong-hyun Hyung. Gue kasi makan apa aja dia langsung makan,” gumam Key yang mulai mendekat ke dapur. “Pantesan aja lu nggak gendut-gendut. Nich! Gue kasi lu anggur terakhir. Tinggal tiga buah aja. Kalo kebanyakkan, lu bagi ke Jong-hyun Hyung gih. Dia pasti mau.”

Onew menatap uluran itu dengan ragu. Sejak tadi dia tidak punya napsu makan sama sekali. Tapi supaya Key tidak curiga, Onew terpaksa mengambil anggur itu dan berjalan dengan langkah gontai meninggalkan dapur.

“Hyung, lu napa? Koq lesu gitu?” tanya Jong-hyun ketika Onew melintas lagi di depannya.

“Gue capek. Nich gue bawa makanan buat lu.” Onew melempar anggur-anggur itu kepada Jong-hyun dan langsung jatuh dengan tepat di pangkuan Jong-hyun.

“Asik! Dapat dessert!” sahut Jong-hyun riang sambil memasukkan ketiga anggur itu ke dalam mulutnya sekaligus.

“Eh, Hyung! Lu napa?” Kali ini Tae-min yang bertanya ketika keduanya berpapasan di depan kamar.

“Gue capek. Gue mau bobo. Jangan ganggu gue.”

Bruk! Pintu langsung ditutup Onew dengan sedikit kasar dan membuat Jong-hyun serta Key bergegas berkumpul di depan kamar. Dan ketika sudah sampai di depan kamar, Tae-min, Jong-hyun, dan Key saling menatap tidak mengerti.

“Onew Hyung napa?” Key mengacungkan spatula kayunya ke arah wajah Tae-min.

“Mana gue tau, Umma.” Tae-min mendelik tidak mengerti.

“Kayaknya dari tadi Hyung nyari barang dech. Tapi nggak tau apa.” Jong-hyun mulai membuka suara. “Mungkin barang yang dicari sama Onew Hyung nggak ketemu kali. Gimana kalo kita bantuin Onew Hyung nyari barangnya yang hilang itu?”

“Tapi nyari apa?” tanya Key lagi.

Jong-hyun nyengir kuda. “Hehe… Gue juga nggak tau.”

“Lu tau nggak Tae-minnie?”

Tae-min menggeleng.

“Kita nanya aja yok. Gue kasian liat Onew Hyung muram kayak gitu.” Usul Key langsung disetujui oleh Jong-hyun dan Tae-min. Ketiganya langsung berjalan masuk ke dalam kamar mereka yang gelap.

Klik!

Lampu pun menyala setelah Tae-min menekan saklarnya. Ketiga pasang mata itu menatap Onew yang sedang menelungkup di atas tempat tidurnya dengan pose yang begitu memperihatinkan.

Napa sich nyalain lampunya? Gue masih pengen bobo nich,” gumam Min-ho seraya mengucek matanya dengan tangan kanan sementara tangan kirinya terlihat menggaruk-garuk kepalanya.

“Sssstttzzzz… Min-ho Hyung, jangan berisik dong,” bisik Tae-min yang langsung membungkam mulut Min-ho.

Napa sich?” Min-ho menatap sekelilingnya dengan raut wajah bingung. Ekspresi Jong-hyun, Key dan Tae-min sulit ditebak, dan Onew. Onew terlihat sedang tertidur. Memangnya apa yang salah?

“Onew Hyung nyari barang dia dan nggak ketemu. Kayaknya dia jadi putus asa dech,” bisik Key hati-hati.

“Barang? Barang apa?” Lagi-lagi Min-ho berbicara dengan suara yang cukup keras dan membuat Tae-min kembali membungkam mulut Min-ho.

“Hyung, ngomongnya pelan-pelan.”

Min-ho mengangguk tanda mengerti dan Tae-min kembali melepaskan tangannya dari mulut Min-ho.

“Gue kasian sama Onew Hyung,” desah jong-hyun dengan suara yang tertahan. “Seandainya ada yang bisa gue bantu,” lanjutnya dengan ekpresi wajah yang menyesal.

Key, Min-ho dan Tae-min juga menunduk dan memasang wajah yang menyesal.

“Ketemu! Ketemu! Akhirnya Ketemu!” sahutan itu membuat keempat cowok yang lain mendongakkan wajah mereka dan buru-buru menghampiri Onew yang sekarang sudah duduk sambil mengacungkan sebuah kertas yang diangkatnya tinggi-tinggi.

“Udah ketemu, hyung? Ketemu dimana?” tanya Jong-hyun bersemangat.

“Apanya yang udah ketemu?” Tae-min menyelip untuk bisa melihat apa yang sedang dilihat Onew.

“Syukur dech udah ketemu.” Key tertawa puas. “Hyung nyari apa sich dari tadi?”

“Hyung! Gue mau lihat!” Min-ho ikut berbicara.

Sabar-sabar para dongsaeng-ku. Sini gue kasi lihat!” Onew membubarkan kerumunan itu dan mengambil sesuatu yang tersembunyi di bawah tempat tidurnya. Dengan bangga, dia menunjukkan sebuah buku besar dan tebal bersampul hijau yang seperti album foto itu. Dan begitu Onew membuka album tersebut, foto-foto dirinya berderet memenuhi album foto tersebut. Berbagai foto sejak dia debut sampai show dimana saja lengkap di album tersebut. Dan dengan bangga, Onew menempelkan barang yang dicarinya di tengah-tengah album tersebut. Sebuah foto Onew dengan pose sok imut dan model rambut terbarunya. “Gue lupa kalo gue simpan nich foto di bawah bantal gue. Dan sekarang, lengkap sudah album 2008 gue! Hahahaha…”

Ekspresi keempat cowok itu langsung berubah dratis. Tae-min terlihat mengerutkan bibirnya, Jong-hyun memonyongkan mulutnya, bibir Key tertarik ke atas, tersenyum sinis, dan Min-ho tidak dapat menutup mulutnya yang menganga lebar.

“Bagus ‘kan album foto gue? Lu-lu pada pasti iri ‘kan? Ngaku aja.” Onew tertawa puas melihat ekspresi para dongsaengnya.

“Heh…” Key tertawa sinis. “Bagus banget. Dan nanti malam lu nggak dapat makan malam,” sahut Key seraya berlalu.

“HAH?!!”

“Lu nggak boleh nonton TV. Thu TV dalam kekuasaan gue.” Kali Jong-hyun yang pergi dari hadapan Onew.

“APA?!!”

“Hyung nggak boleh masuk ke ruang latihan.” Tae-min mengikuti Jong-hyun.

NAPA?!!”

“Malam ini lu tidur di luar. Lu nggak boleh masuk kamar.” Min-ho juga keluar dari kamar mengikuti yang lain.

“HEI?!! Emangnya kenapa?!! Apa salah gue?!! Hei! Key Umma! Jong-hyun! Tae-minnie! Min-ho! Siapa pun! Jawab gue!”

No comments:

Post a Comment