Wednesday, November 3, 2010

Pura-pura

Aku baru menyadari kalau yang namanya menyembunyikan perasaan itu adalah hal yang benar-benar sangat susah. Bagaimana tidak, kau harus bertahan dengan sebuah senyum palsu di wajahmu ketika kau ingin menangis, atau kau harus terpaksa berkata tidak apa2 meskipun kau tau bahwa hatimu tidak begitu.


Sakit sekali.


KIta membuat sebuah kebohongan ketika berpura-pura. Kita membohongi orang lain dengan mencoba memberitahu kondisi kita-yang sebenarnya tidak seperti apa yang mereka lihat-. Kita menipu diri kita sendiri dengan meyakinkan bahwa kita masih kuat, kita bisa, padahal kenyataannya tidak!




Hari ini aku melihat seseorang. Aku menangkap seraut wajah yang tidak bahagia sama sekali. Ada guratan penyesalan, kesedihan, dan rasa bersalah yang teramat sangat di wajah itu. Tapi dia tidak mengganti kesedihannya itu dengan topeng senyuman atau tawa. Dia tetap memakai wajahnya yang seharusnya itu dan tidak berniat mengganti wajah itu dengan wajahnya yang lain.


Kenapa dia tidak tersenyum saja biar orang lain tidak terganggu?! Begitulah yang kupikirkan saat itu juga bersamaan dengan perasaanku yang seolah merasakan kepedihan yang dia rasakan.


Akan tetapi, ada sisi lain dari diriku yang mencoba menyadarkanku akan sebuah kejujuran kecil yang dia lakukan. Ada bagian dari diriku yang mencoba mengatakan bahwa apa yang dia lakukan itu benar.


Akhirnya aku tersadar. Raut kesedihan itu bukanlah sebuah hal salah apabila dia tunjukkan. Dia sedang mencoba menguras rasa sakitnya itu keluar melalui ekspresi wajahnya.


Melalui ekspresinya, aku dapat merasakan sebuah rasa sakit yang seharusnya tidak perlu kurasakan. Tapi disaat bersamaan, ekspresinya juga menyadarkanku tentang arti dari kejujuran, meskipun sangat kecil dan mungkin terkesan mengganggu. Aku mempelajari sebuah kejujuran kecil yang dibuatnya. Sebuah kejujuran yang mungkin sudah tidak lagi diperdulikan semua orang. Tapi tidak ada salahnya kita belajar jujur hanya melalui ekspresi wajah. 

No comments:

Post a Comment